Harga
Harga
merupakan salah satu atribut paling penting yang dievaluasi oleh konsumen, dan
manajer perlu benar-benar menyadari peran harga tersebut dalam pembentukan
sikap konsumen (Mowen&Minor, 2002:318). Dalam situasi tertentu para
konsumen sangatlah sensitif terhadap harga, sehingga harga yang relatif tinggi
dibanding para pesaingnya dapat mengeliminasi produk dari pertimbangan
konsumen. Akan tetapi, dalam kasus lainnya harga dapat dipergunakan sebagai
indikator pengganti kualitas produk, dengan hasil bahwa harga yang lebih tinggi
dipandang positif oleh segmen tertentu. Kemudian harga produk dapat memberikan
baik pengaruh positif maupun negatif terhadap konsumen. Ini merupakan konsep
penting yang harus diingat oleh para manajer.
Dalam
arti yang paling sempit, harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu
produk atau jasa (Kotler, 2001:439). Dalam arti luas harga adalah jumlah dari
seluruh nilai yang ditukarkan konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler, 2001:439). Dari sudut pandang
produsen harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba
perusahaan dalam artian merupakan pendapatan. Sementara itu, dari sudut pandang
konsumen harga sering kali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga
tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu produk atau dalam
arti kata harga merupakan pengorbanan bagi konsumen dalam mendapatkan suatu
produk. Namun secara sederhana harga dapat diartikan sebagai sejumlah uang
(satuan moneter) dan atau aspek lain (non moneter) yang mengandung kegunaan
tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk/jasa.
Kotler
(2005:142), dalam menyusun kebijakan penetapan harga, perusahaan harus
mengikuti prosedur enam tahap. Pertama, perusahaan memilih tujuan
penetapan harga (apakah untuk kelangsungan hidup, laba sekarang maksimum,
pendapatan sekarang maksimum, atau kepemimipian mutu produk). Kedua,
perusahaan memperkirakan kurva permintaan, profitabilitas kuantitas yang akan
terjual pada tiap kemungkinan harga. Dalam hal ini pemasar harus memperhatikan
kepekaan harga terhadap keputusan pembelian konsumen, apakah konsumen tersebut
termasuk konsumen yang snop atau yang sangat sensitif harga, atau konsumen yang
smart, yang membeli produk tidak hanya memandang harga tapi lebih kepada
kualitasnya. Kemudian juga harus memperhatikan elastisitas harga, yaitu sejauh
mana kenaikan atau penurunan harga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Ketiga,
perusahaan memperkirakan bagaimana biaya bervariasi pada berbagai level
produksi dan akumulasi pengalaman produksi. Keempat, perusahaan
menganalisis biaya, harga, dan tawaran pesaing. Kelima, perusahaan
menyeleksi metode penetapan harga, apakah akan memakai metode penetration
price dimana produk dijual dengan
harga murah untuk menguasai pasar atau metode skimming price yaitu
menjual produk dengan harga mahal karena memang untuk menjaga image
bahwa produk itu termasuk produk yang mewah. Akhirnya perusahaan memilih metode
harga akhir dengan memilih dari berbagai alternatif yang ada dengan
menpertimbangkan faktor psikologis pelanggan, pengaruh elemen bauran pemasaran
lainnya, kebijakan perusahaan dan pengaruh harga tersebut terhadap pihak-pihak
lain
Daftar Pustaka :
Kotler,
philip & Kevin Lare Keller. 2007. Manajemen pemasaran. Edisi Dua
Belas Jilid 1. Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta
: Indeks.